Menurut Suryana, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan GDP (Gross Domestic Product) tanpa memandang kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya atau tidak.
Pertumbuhan ekonomi merupakan target yang ingin dicapai oleh perekonomian dalam jangka panjang, dan semaksimal mungkin konsisten dengan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Pertumbuhan ekonomi dapat menerangkan dan sekaligus mengukur prestasi perkembangan suatu perekonomian, baik dalam lingkup negara. Dalam aktivitas ekonomi secara aktual, pertumbuhan ekonomi (economic growth) berarti terjadinya perkembangan ekonomi secara fiskal yang terjadi di suatu negara, seperti: (1) pertambahan jumlah dan produksi barang industri; (2) perkembangan infrastruktur; dan (3) pertambahan produksi hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi berlangsung dalam satu periode tertentu, misalnya satu (1) tahun. (Dumairy, 2000:144)
Menurut Samuelson dan Nordhause, sumber pertumbuhan ekonomi suatu negara secara keseluruhan ditentukan oleh dua sisi yakni permintaan dan penawaran agregat. Dari sisi permintaan agregat (agregate demand), merupakan jumlah seluruh sektor berbeda yang ada dalam perekonomian yang bersedia berbelanja selama periode tertentu. Penawaran agregat (aggregate supply) adalah jumlah total barang dan jasa yang hendak diproduksi dan dijual oleh kalangan usaha di suatu negara selama periode tertentu. Penawaran agregat, tergantung pada tingkat harga, kapasitas produksi perekonomian yang bersangkutan, dan tingkat biaya.
|
Pertumbuhan Ekonomi |
Berikut ini beberapa teori pertumbuhan ekonomi aliran modern:
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Permintaan (Agregat Demand)
Permintaan agregat adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa yang terjadi dalam suatu perekonomian, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Dalam permintaan agregat akan dibahas bagaimana perubahan harga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional.
Menurut Keynes, kegiatan perekonomian terutama tergantung kepada segi permintaan, yaitu tergantung kepada pengeluaran agregat yang dilakukan dalam perekonomian pada suatu waktu tertentu. Yang diartikan dengan pengeluaran agregat adalah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan oleh sesuatu perekonomian dalam suatu periode tertentu, dan biasanya diukur untuk suatu tahun tertentu. Semakin besar pembelanjaan agregat yang dilakukan dalam perekonomian, semakin tinggi tingkat kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja yang dicapai.
Perbelanjaan agregat dibedakan pada empat komponen, yaitu konsumsi rumah tangga, investasi swasta, pengeluaran pemerintah dan ekspor-impor. Dengan demikian keseimbangan pendapatan nasional dicapai pada keadaan :
Y = C + I + G +(X-M)
Keterangan :
C
= Konsumsi rumah tangga,
I
= Investasi,
G
= Pengeluaran pemerintah,
X
= Ekspor,
M
= Impor.
Berdasarkan fungsi identitas di atas, maka dapat dirumuskan keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan komponen-komponennya yang mencakup konsumsi, investasi, pengeluran pemerintah, dan perdagangan luar negeri (ekspor impor) masing-masing dapat dirumuskan sebagai berikut :
a.
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga/Swata
Pengeluaran ini mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa dikurangi penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah tangga/swasta dan lembaga nirlaba selama satu tahun. Sub kategori dari pengeluaran konsumsi adalah : Jasa (services), barang tidak tahan lama (nondurable goods) dan barang tahan lama (durable goods).
b.
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pemerintah sebagai konsumen akhir mencakup departemen, lembaga non departemen dan lembaga pemerintah lainnya serta pemerintah daerah tingkat I, tingkat II dan desa. Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang (termasuk belanja perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) baik yang dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
c.
Pengeluaran investasi
Pengeluaran investasi yang dimaksud di sini adalah pembentukan modal domestik mencakup pembuatan dan pembelian barang-barang modal baru dari dalam negeri dan barang modal baru ataupun bekas dari luar negeri. Barang modal adalah peralatan yang digunakan untuk berproduksi atau menghasilkan barang baru dimasa mendatang dan biasanya mempunyai umur pemakaian satu tahun atau lebih. Pembentukan modal domestik bruto dapat dibedakan atas pembentukan modal dalam bentuk bangunan/konstruksi dan pembentukan modal dalam bentuk mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan.
d.
Ekspor dan Impor
Ekspor dan Impor merupakan kegiatan transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu region dengan penduduk region lain atau dengan luar negeri.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi penawaran (Agregat Supply)
Penawaran agregat menunjukkan kemampuan masyarakat suatu negara menawarkan produk/jasa secara agregat. Kurva penawaran agregat salah satunya dapat dibentuk dengan fungsi produksi. Fungsi produksi adalah sebuah fungsi yang menunjukkan hubungan antara output (jumlah produksi barang/jasa) dan faktor-faktor produksi (input).
Model pertumbuhan ekonomi mengacu pada fungsi produksi yang diperkenalkan oleh Cobb-Douglass (Mankiw, 2004),
Yt = tingkat produksi (output) pada periode t
Tt = tingkat teknologi pada periode t
Kt = jumlah stok modal pada periode t
Lt = jumlah tenaga kerja pada periode t
α = produktivitas tenaga kerja
β = produktivitas modal
Formula di atas dapat disebutkan dalam bentuk yang lebih sederhana:
Y = F(T, K, L)
Dari rumusan fungsi produksi Cobb-Douglas tampak bahwa pertumbuhan ekonomi berkorelasi terhadap teknologi, kapital, dan tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi karena peningkatan teknologi, kapital atau tenaga kerja.
Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada penciptaan kesempatan kerja dan berpihak pada penurunan angka kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja sehingga dapat menyerap tenaga kerja secara berkesinambungan. Kesempatan kerja yang semakin luas akan meningkatkan serapan tenaga kerja sehingga menjadi faktor penting dalam upaya penurunan tingkat kemiskinan. Di samping itu, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat menjadi indikator semakin tingginya pendapatan masyarakat sehingga tingkat kemiskinan menjadi semakin berkurang.
Sebagaimana telah diungkapkan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita. Secara tradisional, pertumbuhan ekonomi ditujukan untuk peningkatan yang berkelanjutan Produk Domestik Regional Daerah / PDRB (Saragih, 2003 ; Kuncoro, 2004). Hasil penelitian yang dilakukan Lin & Liu menunjukkan desentralisasi memberikan dampak yang sangat berarti bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Oates (1995), Lin dan Liu (2000) yang membuktikan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara desentralisasi fiskal dengan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini mendukung sintesa yang menyatakan bahwa, pemberian otonomi yang lebih besar akan memberikan dampak yang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi, hal inilah yang mendorong daerah untuk mengalokasikan secara lebih efisien berbagai potensi lokal untuk kepentingan pelayanan publik.
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Baru (New Growth Theory)
Teori pertumbuhan ekonomi jangka panjang dapat dibagi menjadi 2 pendekatan, yaitu exogenous growth dan endogenous growth. Teori exogenous growth biasanya mengacu kepada Solow-Swan Model sebagai model generasi pertama yang banyak dianut para ekonom. Solow-Swan Model ini kemudian dikembangkan terus oleh beberapa pakar seperti Model Mankiw-Romer-Weil (Model MRW) yang menambahkan human capital kedalam model Solow-Swan. Kemudian, Bernanke dan Guryanak juga mengembangkan model MRW dengan memperkenalkan learning by doing melalui balance growth path. Pengembangan yang lain dilakukan oleh Barro-Mankiw-Sala I Martin yang memperkenalkan peranan pasar keuangan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Model-model tersebut masuk dalam kategori exogenous growth karena menggunakan asumsi pertumbuhan technological progress yang eksogen. Dalam perkembangannya, exogenous growth theory ini dirasakan kurang memuaskan karena pertumbuhan technological progress yang bersifat eksogen. Sebagai akibatnya, berkembanglah pendekatan endogenous growth theory.
Model endogenous growth pada dasarnya menyarankan peran aktif kebijakan publik dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui investasi langsung maupun tidak langsung dalam human capital dan mendorong investasi asing dalam industri padat pengetahuan (knowledge intensive industries) seperti perangkat lunak komputer dan telekomunikasi (Mahatmi Saronto dan R. Wrihatnolo, 2001:5).
Investasi dalam bentuk sumber daya manusia yang berkualitas telah disadari sejak lama. Bagi negara berkembang, seperti Indonesia, bahkan juga di tingkat global, peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, kesehatan, dan kemampuan ekonomi menjadi agenda strategis yang diprioritaskan.(Caroline Paskarina,2008)
Selain menjadi bagian dari agenda pembangunan abad ke-21, pembangunan kualitas sumber daya manusia juga menjadi kata kunci penting sebagaimana tergambar dalam konsep human capital. Manusia dipandang sebagai modal yang perlu dikelola secara optimal agar pembangunan dapat terjamin keberlanjutannya. Dalam konsepsi tersebut, pembangunan manusia melalui pendidikan dan kesehatan pada dasarnya merupakan bagian dari investasi untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki intelektualitas dan kompetensi memadai untuk mengelola sumber daya lainnya, sehingga taraf hidup dan kesejahteraan meningkat.