Filsafat eksistensialisme merupakan aliran yang sempat menggemparkan dunia keilmuan waktu itu. Manusia beramai-ramai mempelajari aliran ini. Kendati pada masa mendatang, aliran ini cukup rapuh pula, tidak tahan terhadap kritik.
Pada masa awalnya, istilah eksistensialisme dirumuskan oleh ahli filsafat Jerman yaitu Martin Heidegger (1889-1976). Sedangkan, akar metodologi pngetahuan ini berasal dari tokoh fenomenologi, yakni Edmund husserl (1859-1938). Epos sebagai salah satu cara fenomenologi dalam mencapai kebenaran nampaknya cukup berpengaruh dalam perenungan eksistensialisme.
Pada dasarnya istilah eksistensialisme merupakan reaksi kecendrungan terhadap semangat jaman modern, terutama terhadap pemutlakan akal manusia, oleh karena itu eksistensialisme secara khusus dikatakan sebagai lawan dari aliran rasionalisme.
Semua itu tidak mengherankan dalam filsafat. Memang itu adanya, dari kritik antar kritik, tesis dan anti tesis akan terbentuk pengtahuan baru (thesis). Sehingga, Filsafat terlahir dari suatu kritik. Bila terjadi krisik, orang biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba apakah ia dapat tahan uji. Itulah mengapa ada yang mengatakan bahwa filsafat anti kemapanan.
|
Eksistensialisme |
Kemudian Pada awal abad ke-19, Kerkegaard telah menyaksikan kecendrungan rasionalisme yang meletakkan akal manusia sebagai satu-satunya ukuran bagi segala realitas apapun didunia ini. Serta kemajuan intelektual dan ilmu pengetahuan menyebabkan terjadinya dehumanisasi dalam kebudayaan Eropa. Akal dianggap sebagai sumber utama tentang kebaikan bagi semua pengetahuan manusia dan diluar itu tidak ada pengetahuan yang dianggap benar.
Akibatnya kebenaran agama mulai dikritik dan diragukan, sehingga tidak berlebihan sekiranya jika abad ke-19 dianggap sebagai abad pemberontakan terhadap agama. Dan pada masa ini banyak orang yang memiliki kecendrungan mempertahankan kepercayaan agamanya.
Konsep eksistensi mempunyai beberapa tingkatan mulai dari tingkatan yang sederhana sampai tingkat yang paling tinggi. Tingkatan-tingkatan ini terbuka kepada kita dan nampak jelas dalam pandangan tentang manusia. ,Manusia sebagai pusat, semua hal itu bertemu pada diri manusia atas dasar ini manusia disebut “mikro kosmos”. Artinya sebagai mikro kosmos alam semesta yang dalam bentuk mini. Dalam kehidupan rohani manusia mampu mengungkapkan realitas yang lebih kaya dalam kepenuhan eksistensinya.
Bila kita perhatikan tingkat-tingkat dalam diri manusia kita sampai kepada suatu pengertian akan realitas sub-human sepertia apa yang diuraikan dalam teori evolusi Darwin, yang berkaitan pula berbagai pandangan tentang manusia dari segi matrealisme antropologis dan matrealisme biologis. Apabila kita hanya bertolak dari dua sudut pandang ini dan kita menghilangkan kehidupan rohani dari manusia, maka yang tinggal hanyalah kehidupan hewani saja yang berarti sekedar mempunyai kesadaran indrawi yang terbatas pada kebutuhan biologis.
ADS HERE !!!