Robert Solow dan Trevor Swan secara sendiri-sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama model pertumbuhan Neo Klasik. Model Solow dan Swan memusatkan perhatianya pada pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi (Boediono, 1985 : 81).
Kerangka umum dari model Solow-Swan mirip dengan model Harrod-Domar, tetapi model Solow-Swan lebih luwes karena,
a. Menghindari masalah ketidakstabilan yang merupakan ciri warranted rate of growth dalam model Harrood-Domar.
b. Bisa lebih luwes digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah distribusi pendapatan.
Keluwesan ini terutama disebabkan oleh karena Solow dan Swan menggunakan bentuk fungsi produksi yang lebih mudah dimanipulasikan secara aljabar (Boediono, 1985 : 81).
Ada empat anggapan yang melandasi model Neo Klasik (Boediono, 1985 : 83) :
a. Tenaga kerja (penduduk), tumbuh dengan laju tertentu.
b. Adanya fungsi produksi yang berlaku bagi setiap periode.
c. Adanya kecenderungan untuk menabung propersity to save oleh masyarakat yang dinyatakan sebagai proporsi tertentu dari output.
d. Semua tabungan masyarakat di investasikan.
Untuk keseimbangan jangka panjang Solow mengatakan bahwa posisi long run equilibrium akan tercapai apabila kapital per kapita, mencapai suatu tingkat yang stabil, artinya tidak lagi berubah nilainya. Apabila kapital konstan, maka long run equilibrium tercapai. Hai ini merupakan ciri posisi keseimbangan yang pertama (Boediono, 1985 : 88).
Ciri yang kedua adalah mengenai laju pertumbuhan output, kapital dan tenaga kerja. Pada posisi long run equilibrium laju pertumbuhan output bisa disimpulkan dari ciri bahwa output per kapita adalah konstan dan penduduk tumbuh sesuai dengan asumsi. Difinisi output per kapita adalah output total tumbuh dengan laju jumlah penduduk per tahun (Boediono, 1985 : 90).
Ciri yang ketiga adalah mengenai stabilitas dari posisi keseimbangan tersebut. Posisi keseimbangan model Solow-Swan bersifat stabil, dalam arti bahwa apabila kebetulan perekonomian tidak pada posisi keseimbangan, maka akan ada kekuatan-kekuatan yang cenderung membawa kembali perekonomian tersebut pada posisi keseimbangan jangka panjang (Boediono, 1985 : 91).
Ciri yang keempat menyangkut tingkat konsumsi dan tingkat tabungan (investasi). Tingkat tabungan (investasi) per kapita pada posisi keseimbangan adalah konstan. Apa yang tidak ditabung dikonsumsikan, sehingga konsumsi per kapita juga konstan pada posisi equilibrium (Boediono, 1985 : 93).
Ciri yang kelima berkaitan dengan imbalan yang diterima oleh masing-masing faktor produksi atau aspek distribusi pendapatan. Karena hanya ada dua macam faktor produksi (kapital dan tenaga kerja), maka output total akan habis terbagi antara para pemilik kapital dan pemilik faktor produksi tenaga kerja (Boediono, 1985 : 93).
ADS HERE !!!