Pengertian Remaja
Remaja, yang dalam bahasa berarti adolescence, berasal dari bahasa
Latin yang artinya tumbuh untuk mencapai kematangan. Bangsa primitif
dan orang-orang purbakala mengartikan masa puber dan masa remaja tidak
berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap
sudah dewasa jika sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali& Asrori,
2006).
Mengartikan istilah pada remaja tentunya tidak mudah, terlebih lagi
istilah untuk remaja awal karena banyak sekali unsur dan sudut pandang
yang dapat menjadi rujukan dalam mengartikan istilah remaja. Mulai dari
remaja awal hingga remaja akhir
Masa remaja ialah masa transisi dalam
rentang kehidupan manusia, menghubungkan masa anak-anak dan masa dewasa (Santrock, 2003). Pada periode ini terjadi beberapa perubahan
besar dan ciri-ciri mengenai kematangan fungsi rohaniah dan jasmaniah,
terutama fungsi seksual (Kartono, 1995).
Menurut Rice (dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa
peralihan, ketika individu mulai beranjak tumbuh dari masa anak-anak
menjadi individu yang memiliki kematangan. Pada masa itulah, ada dua
hal penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri. Yang
pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan,
dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam
diri remaja yang membuat remaja relatif lebih bergejolak dibandingkan
dengan masa perkembangan lainnya (storm and stress period).
Diantara tanda dari seseorang yang mulai memasuki masa remaja awal
ialah individu mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, Hal ini
menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bisa menjauhkan remaja
dari keluarganya. Masa pada remaja awal transisi yang bisa dilihat oleh
adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, dimulai dari
antara usia 10-20 tahun, dan remaja awal terhitung mulai dari usia 10-15
tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia,
dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan
dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, Rahmawati&
Purnamaningrum, 2009).
Menurut Jatmika (2017) memaparkan kesulitan yang sering dialami
remaja awal terasa menjemukan bagi dirinya dan orang tua, hal ini
merupakan bagian yang normal dari perkembangan remaja itu sendiri.
Beberapa variasi kondisi kejiwaan yang dialami oleh remaja suatu saat
mungkin akan terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri, tetapi
pada saat yang lain terlihat sebaliknya, periang, berseri-seri dan yakin.
Perilaku yang sulit ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah sesuatu yang
abnormal. Hal ini hanyalah perlu diperhatikan dan menjadi kewaspadaan
bersama manakala masa remaja mengalami kebingungan dalam
pengekspresian yang tengah dialaminya.
Pada (1974), WHO (World Health Organization) memberikan
pengertian tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi
tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial
ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai
berikut. Remaja adalah sebuah masa di mana:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasidari
kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang
penuhkepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman
dalamSarwono, 2010).anak dan sebelum masa dewasa. Adanya beberapa perubahan besar dalam
tahap perkembangan remaja, baik perubahan fisik maupun perubahan
psikis (pada perempuan setelah mengalami menarche dan pada laki-laki
setelah mengalami mimpi basah) menyebabkan masa remaja relatif
bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya. Hal ini
menjadikan masa remaja penting untuk diperhatikan.
|
Masa Remaja |
Batas Usia Remaja
Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga
masa tua akhir menurut Erikson (1963), masa remaja dibagi menjadi tiga
tahapan yakni masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa
remaja akhir. Adapun kriteria usia masa remaja awal pada perempuan
yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun. Kriteria usia masa
remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-laki
yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan
yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010).
Menurut Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012), masa remaja adalah
masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang
pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia
akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Jahja (2012)
menambahkan, karena laki-laki lebih lambat matang daripada anak
perempuan, maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang
lebih singkat, meskipun pada usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa,
seperti halnya anak perempuan. Akibatnya, seringkali laki-laki tampak
kurang untuk usianya dibandingkan dengan perempuan.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Jarak
usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu usia 12/13 tahun
sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun
sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir (Ali & Asrori,
2006).
Menurut hukum di Amerika Serikat, individu dianggap sudh
menjadi dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun
seperti pada ketentuan sebelumnya. Pada usia ini, umumnya adalah anak
SMA (Hurlock dalam Ali & Asrori, 2006).
3. Tugas Perkembangan Remaja Awal
Hurlock (1980) menjelaskan bahwa semua tugas perkembangan pada
masa remaja dipusatkan pada pusaka penanggulangan sikap dan pola
perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk
menghadapi masa dewasa.Tugas-tugas tersebut antara lain: (1) Mencapai
hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman seumuran baik pria
maupun wanita; (2) Mencapai peran sosial, pria dan wanita; (3) Menerima
keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif; (4)
Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab; (5)
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya; (6) Mempersiapkan karir ekonomi; (7) Mempersiapkan
perkawinan dan keluarga; (8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis
sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
Ali & Asrori (2006) menambahkan bahwa tugas perkembangan masa
remaja difokuskan pada usaha meninggalkan perilaku kekanak-kanakan
untuk mencapai kemampuan berperilaku secara dewasa. Hurlock (dalam
Ali & Asrori, 2006) juga menambahkan bahwa tugas-tugasperkembangan
masa remaja awal adalah berusaha: (1) Mampu menerima keadaan
fisiknya; (2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;
(3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok
yangberlainan jenis; (4) Mencapai kemandirian emosional; (5) Mencapai
kemandirian ekonomi; (6) Mengembangkan konsep dan keterampilan
intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota
masyarakat; (7) Memahami nilai-nilai orang dewasa dan orang tua; (8)
Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa; (9) Mempersiapkan diri untuk memasuki
perkawinan; (10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung
jawab kehidupan keluarga.
Pendapat tokoh lain juga mengemukakan tugas-tugas perkembangan
remaja awal yaitu Kay (dalam Jahja, 2012) adalah sebagai berikut: (1)
Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya; (2) Mencapai
kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai
otoritas; (3) Mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal dan
belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara
individual maupun kolompok; (4) Menemukan manusia model yang
dijadikan identitasnya; (5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki
kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri; (6) Memperkuat selfcontrol
(kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, psinsippsinsip,
atau falsafah hidup; (7) Mampu meninggalkan reaksi dan
penyesuaian diri (sikap) kekanak-kanakan.
Dalam masa remaja awal, penampilan anak berubah, sebagai hasil
peristiwa pubertas yang hormonal, mereka mengambil bentuk tubuh orang
dewasa. Pikiran mereka juga berubah, mereka lebih dapat berpikir secara
abstrak dan hipotesis. Perasaan mereka berubah terhadap hampir semua
hal. Semua bidang cakupan perkembangan sebagai seorang remaja
menghadapi tugas utama mereka membangun identitas, termasuk identitas
seksual yang akan terus mereka bawa sampai masa dewasa (Papalia, Old&
Feldman; 2008).
Perkembangan Psikis Remaja
Widyastuti (2009) menjelaskan tentang perubahan kejiwaan pada masa
remaja. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada
remaja awal adalaha. Perubahan emosi.
Perubahan tersebut berupa kondisi:
1) Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan
sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Sering kali terjadi
pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi
2) Mudah bertingkah agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar
yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi
perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir
terlebih dahulu
3) Ada perilaku yang menjurus tidak patuh pada orang tua, dan lebih
senang pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah
b. Perkembangan intelegensi.
Pada perkembangan ini menyebabkan remaja awal:
1) Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak dan suka
memberikan kritik
2) Cenderung ingin mengetahui pengetahuan baruakibatnya timbul
perilaku ingin mencoba-coba.
Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut berlangsung
lebih lambat dibandingkan perubahan fisiknya.
5. Perkembangan Emosi Masa Remaja Awal
Semiawan (dalam Ali & Asrori, 2006) mengibaratkan: “terlalu besar
untuk serbet, terlalu kecil untuk taplak meja karena sudah bukan anakanak
lagi”, tetapi juga belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki
potensi yang besar, emosi membara, sedangkan pengendalian diri belum
sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak
tenang, dan khawatir kesepian.
Ali & Ansori (2006) menambahkan bahwa perkembangan emosi
seseorang pada umumnya terlihat jelas pada perubahan tingkah lakunya.
Perkembangan emosi remaja juga demikian halnya. Kualitas yang tampak
dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat kualitas emosi yang
ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan keseharian sering terlihat
beberapa tingkah laku emosional, misalnya agresif, rasa takut yang
berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai
diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri.
Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2006) yang dapat
mempengaruhi perkembangan emosi remaja awal adalah sebagai berikut:
a. Perubahan jasmani.
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan
yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada tahap permulaan
pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian tertentu saja yang
mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidak
seimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga
Perkembangan Emosi Remaja
Semiawan (dalam Ali & Asrori, 2006) mengibaratkan: “terlalu besar
untuk serbet, terlalu kecil untuk taplak meja karena sudah bukan anakanak
lagi”, tetapi juga belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki
potensi yang besar, emosi membara, sedangkan pengendalian diri belum
sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak
tenang, dan khawatir kesepian.
Ali & Ansori (2006) menambahkan bahwa perkembangan emosi
seseorang pada umumnya terlihat jelas pada perubahan tingkah lakunya.
Perkembangan emosi remaja juga demikian halnya. Kualitas yang tampak
dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat kualitas emosi yang
ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan keseharian sering terlihat
beberapa tingkah laku emosional, misalnya agresif, rasa takut yang
berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai
diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri.
Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2006) yang dapat
mempengaruhi perkembangan emosi remaja awal adalah sebagai berikut:
a. Perubahan jasmani.
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan
yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada tahap permulaan
pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian tertentu saja yang
mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidak
seimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja bisa menerima
perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika perubahan tersebut
menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat.
Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi dengan perkembangan alat
kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh
remaja dan seringkali mengakibatkan masalah dalam perkembangan
emosinya.
b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua.
Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat
bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik
oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter,
memanjakan anak, acuh tak acuh dan ada juga yang dengan penuh
cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat
berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja. Cara
memberikan hukuman misalnya, kalau dulu anak dipukul karena nakal,
pada masa remaja cara semacam itu justru dapat menimbulkan
ketegangan yang lebih berat dengan orang tuanya.
c. Perubahan pola interaksi dengan teman sebaya.
Remaja sering membangun interaksi sesama teman sebayanya
secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama
dengan membentuk semacam komunitas. Interaksi antar anggota
dalam suatu kelompok komunitas biasanya sangat intens serta
memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukan
kelompok dalam bentuk seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada
masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan positif, yaitu untuk
memenuhi minat mereka bersama.
d. Perubahan pandangan luar.
Ada sejumlah pandangan dunia luar yang bisa menimbulkan
konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:
1) Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Sering kali
mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat
kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang
dewasa. Seringkali mereka masih dianggap anak kecil sehingga
menimbulkan kebencian pada diri remaja. Kejengkelan yang
mendalam dapat berubah menjadi tingkah laku emosional.
2) Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang
berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja laki
laki mempunyai banyak teman perempuan, mereka mendapat
predikat populer dan menciptakan kebahagiaan. Sebaliknya,
apabila remaja putri mempunyai banyak teman laki-laki sering
dianggap tidak baik atau bahkan mendapat predikat yang kurang
baik. Penerapan nilai yang berbeda semacam ini jika tidak disertai
dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan
remaja bertingkah laku emosional.
3) Seringkali keluangan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang
tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan
melanggar nilai moral.
e. Perubahan interaksi dengan sekolah.
Pada masa anak-anak, sebelum menginjak masa remaja, sekolah
menjadi tempat pendidikan yang diidolakan mereka. Para guru adalah
tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain
tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta
didiknya. Maka tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh,
bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi
guru sangat penting apabila digunakan untuk pengembangan emosi
anak melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.
Dari penjelasan diatas dapat peneliti simpulkan usia remaja yakni
antara 10-20 tahun dan hitungan untuk remaja awal adalah mulai usia 10-
15 tahun. Remaja awal ini mendekati peralihan dari masa anak ke masa
remaja itu sendiri, sehingga anak-anak yang berada di usia remaja awal
tidak bisa dipaksakan untuk memiliki sikap seperti yang telah memasuki
remaja menengah apalagi sampai akhir. Keadaan emosi dan pola pikir
masih belum stabil. Remaja awal masih sangat membutuhkan tuntunan
dan arahan dari orang-orang sekitar. Karena diusianya yang belum
sepenuhnya matang penuh dengan pertanyaan dan rasa ingin mencoba
yang tinggi, apabila tidak dikendalikan remaja awal ini akan terjerumus dalam perilaku yang dianggap benar menurutnya sendiri dan tidak sesuai
dengan budaya masyarakat sekitar.