Raden Mas Soewardi Soeryaningrat terlahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889, bertepatan dengan 1330 H dan wafat pada 26 April 1959 (berusia 70 tahun). Saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Sejak saat itu ia tidak lagi
menggunakan gelar kebangsaannya di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
Dilihat dari leluhurnya, ia adalah putra dari Suryaningrat, putra Paku Alam III. Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai dengan perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda), kemudian sempat melanjutkan ke Sekolah Guru (Kweek School), tetapi belum sempat menyelesaikannya, ia pindah ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputra), tapi tidak sampai tamat pula karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Koem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotok sehingga mampu membangkitkan semangat antiokolonial bagi pembacanya.
Pada tahun 1912, nama Ki Hajar Dewantara dapat dikategorikan sebagai tokoh muda yang mendapat perhatian Cokroaminoto untuk memperkuat barisan Syarikat Bandung Islam cabang Bandung. Oleh karena itu, ia bersama dengan Wignyadisastra dan Abdul Muis, yang masing-masing diangkat Ketua dan Wakil Ketua, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai sekretaris. Namun keterlibatannya dalam Syarikat Islam ini terhitung singkat, tidak genap satu tahun. Hal ini terjadi, karena bersama dengan Douwes Dekker (Danudirja Setyabudhi) dan Cipto Mangunkusumo, ia diasingkan ke Belanda (1913) atas dasar orientasi politik mereka yang cukup radikal. Kemudian alasan lain yakni Ki Hajar jauh lebih mengaktifkan dirinya pada program Indische Partij (Partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) yang didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan untuk mencapai Indonesia merdeka.
|
Ki Hajar dewantara |
Sebagai tokoh pergerakan politik dan tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara tidak hanya terlibat dalam konsep dan pemikiran melainkan juga aktif sebagai pelaku yang berjuang membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda dan Jepang melalui pendidikan yang diperjuangkannya melalui sistem Pendidikan Taman Siswa yang didirikan dan diasuhnya. Sebagai tokoh Nasional pula yang disegani dan dihormati baik oleh kawan maupun lawan, Ki Hajar Dewantara sangat kreatif, dinamis, jujur, sederhana, konsisten, konsekuen dan berani. Wawasan beliau sangat luas dan tidak berhenti berjuang untuk bangsanya hingga akhir hayat. Perjuangan beliau dilandasi dengan rasa ikhlas yang mendalam, disertai rasa pengabdian dan pengorbanan yang tinggi dalam mengantar bangsanya ke alam merdeka.
Karena pengabdiannya terhadap bangsa dan negara, pada tanggal 28 November 1959, Ki Hajar Dewantara ditetapkan sebagai “Pahlawan Nasional”. Dan pada tanggal 16 Desember 1959, pemerintah menetapkan tanggal lahir Ki Hajar Dewantara tanggal 2 Mei sebagai “Hari Pendidikan Nasional” berdasarkan keputusan Presiden RI Nomor: 316 tahun 1959.
Selain mendapat pendidikan formal di lingkungan Istana Paku Alam tersebut, Ki Hajar Dewantara juga mendapat pendidikan formal antara lain:
1) ELS (Europeesche Legere School). Sekolah Dasar Belanda III.
2) Kweek School (Sekolah Guru) di Yogyakarta.
3) STOVIA (School Tot Opvoeding Van Indische Arsten) yaitu sekolah kedokteran yang berada di Jakarta. Pendidikan di STOVIA ini tak dapat diselesaikan karena Ki Hajar Dewantara sakit.
4) Europeesche Akte, Belanda 1914.
Selain itu, Ki Hajar Dewantara memiliki karir dalam dunia jurnalistik, politik dan juga sebagai pendidik, diantaranya:
1) wartawan di Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Koem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara.
2) Pendiri National Onderwijis Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922.
3) Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama
4) Boedi Oetomo 1908.
5) Syarekat Islam cabang Bandung 1912
6) Pendiri Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) 25 Desember 1912.
Berikut karya-karya Ki Hajar Dewantara yang berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia, diantaranya:
1) Ki Hajar Dewantara, buku bagian pertama: tentang Pendidikan Buku ini khusus memberikan gagasan dan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam bidang pendidikan di antaranya tentang Pendidikan Nasional. Tri Pusat Pendidikan, Pendidikan Kanak-Kanak, Pendidikan Sistem Pondok, Adab
dan Etika, Pendidikan dan Kesusilaan.
2) Ki Hajar Dewantara, buku bagian kedua: tentang Kebudayaan. Dalam buku ini memuat tulisantulisan mengenai kebudayaan dan kesenian, diantaranya: Asosiasi Antara Barat dan Timur, Pembangunan Kebudayaan Nasional, Kebudayaan di Jaman Merdeka, Kebudayaan Nasional, Kebudayaan Sifat Pribadi Bangsa, Kesenian Daerah dalam Persatuan Indonesia, Islam dan Kebudayaan, Ajaran Pancasila, dll.
3)
Ki Hajar Dewantara, buku bagian ketiga: tentang Politik dan Kemasyarakatan. Dalam buku ini memuat tentang politik antara tahun 1913-1922 yang menggeser dunia imperialis Belanda, dan tulisan-tulisan mengenai wanita, pemuda dan perjuangannya.
4) Ki Hajar Dewantara, buku bagian keempat: tentang Riwayat dan Perjuangan Hidup Penulis: Ki Hajar Dewantara. Dalam buku ini melukiskan kisah kehidupan dan perjuangan hidup perintis dan pahlawan kemerdekaan Ki Hajar Dewantara.
5) Tahun 1912 mendirikan Surat Kabar Harian “De Expres” (Bandung), Harian Sedya Tama (Yogyakarta), Midden Java (Yogyakarta), Kaum Muda (Bandung), Utusan Hindia (Surabaya, Cahaya Timur (Malang).
6) Monumen Nasional “Taman Siswa” yang didirikan pada tanggal 13 Juli 1922.
7) Pada tahun 1913 mendirikan Komite Bumi Putra bersama Cipto Mangunkusumo, untuk memprotes rencana perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari penjajahan Perancis yang akan dilaksanakan pada tanggal 15 November 1912 secara besar-besaran di Indonesia.
8) Mendirikan IP tanggal 16 September 1912 bersama Dauwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo.
9) Tahun 1918 mendirikan Kantor Berita Indesische Persburean di Nederland.
10) Tahun 1944 diangkat menjadi anggota Naimo Bun Kyiok Yoku Sanyo (Kantor Urusan Pengajaran dan Pendidikan).
11) Pada tanggal 8 Maret 1955 ditetapkan pemerintah sebagai perintis Kemerdekaan Nasional Indonesia.
12) Pada tanggal 19 Desember 1956 mendapat gelar kehormatan Honoris Causa dalam ilmu kebudayaan dari Universitas Negeri Gajah mada.
13) Pada 20 Mei 1961 menerima tanda kehormatan Satya Lantjana kemerdekaan.
Berikut beberapa penghargaan yang pernah diterima oleh Ki Hajar Dewantara, antara lain:
1) Bapak Pendidikan Nasional, hari kelahirannya dijadikan hari Pendidikan Nasional.
2) Pahlawan Pergerakan Nasional (surat keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959).
3) Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.
Sumber:
1. Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 4 (Jakarta: Cipta Adi Pustaka, Cet I, 1989), h.330.
2. Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.128-130.
3. Ki Hariyadi, Ki Hadjar Dewantara sebagai Pendidik, Budayawan, Pemimpin Rakyat, dalam Buku Ki Hadjar Dewantara dalam Pandangan Para Cantrik dan Mentriknya, (Yogyakarta: MLTS, 1989), h.39.
4. Ki Hajar Dewantara, Karya Bagian I: Pendidikan, (Yogyakarta: MLPTS, cet. II, 1962), h.XIII.
5. Gunawan, Berjuang Tanpa Henti dan Tak Kenal Lelah dalam Buku Perjuangan 70 Tahun Taman Siswa, (Yogyakarta: MLPTS, 1992), h.302-303.
6. Bambang Dewantara, 100 Tahun Ki Hajar Dewantara, (Jakarta: Pustaka Kartini, cet. I, 1989), h.118.
7. Irna, H.N. Hadi Soewito, Soewardi Soeryaningrat dalam Pengasingan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), h.132.
8. Abd. Qadir Muslim, Konsep Pendidikan Akhlak (Studi Komparasi Pada Pemikiran Ibn Miskawaih dan Ki Hadjar Dewantara), Skripsi (Malang: Fakultas Tarbiyah, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010), h.132-133.