Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu; melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga. Lebih jelasnya, kata asuh adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat. Menurut Baumrind terdapat empat gaya pengasuhan orang tua yaitu pengasuhan orang tua yang bergaya otoritatif, pengasuhan orang tua yang bergaya melalaikan, pengasuhan orang tua yang memanjakan dan pengasuhan orang tua yang bergaya otoritarian (otoriter).
Santrock menyatakan bahwa pola asuh otoriter (authoritarian parenting) adalah gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk orang tua dan untuk menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang bersifat otoriter membuat batasan dan kendali yang tegas terhadap remaja dan hanya melakukan sedikit komunikasi verbal. Pola asuh otoriter berkaitan dengan perilaku sosial remaja yang tidak cakap. Remaja yang dibesarkan oleh orang tua yang otoritarian sering kali cemas terhadap perbandingan sosial, kurang memperlihatkan inisiatif, dan memiliki keterampilan berkomunikasi yang buruk. Pola asuh otoriter mempunyai karakteristik anak penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar
norma, berkepribadian lemah, cemas, dan menarik diri.
Menurut Baumrind, orang tua yang otoritarian (authoritarian) adalah orang tua yang menghargai kontrol dan kepatuhan tanpa banyak tanya. Mereka berusaha membuat anak mematuhi set standar perilaku dan menghukum mereka secara tegas jika melanggarnya. Mereka lebih mengambil jarak dan kurang hangat dibanding orang tua yang lain. Anak mereka cenderung menjadi lebih tidak puas, menarik diri, dan tidak percaya terhadap orang lain. Peneliti telah menemukan bahwa para orang tua Afrika-Amerika memiliki kecenderungan lebih tinggi dibanding para orang tua Latin-kulit putih dalam menggunakan hukuman fisik. Meskipun demikian, penggunaan hukuman fisik berkaitan dengan masalah anak yang lebih bersifat eksternal seperti sangat bertingkah dan tingkat agresinya yang tinggi pada keluarga-keluarga kulit putih nonlatin namun tidak pada keluarga-keluarga Afrika-Amerika.
Pola asuh yang otoriter akan terjadi komunikasi atau dimensi satu arah. Orang tua menentukan aturan-aturan dan mengadakan pembatasan-pembatasan terhadap perilaku anak yang boleh dan tidak boleh dilaksanakannya. Anak harus tunduk dan patuh terhadap orang tuanya, anak tidak dapat mempunyai pilihan lain. Orang tua memerintah dan memaksa tanpa kompromi. Anak melakukan perintah orang tua karena takut, bukan karena suatu kesadaran bahwa apa yang dikerjakan itu akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Orang tua memberikan tugas dan menentukan berbagai aturan tanpa memperhitungkan keadaan anak, keinginan anak, keadaan khusus yang melekat pada individu anak yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan yang lain. Perintah yang diberikan berorientasi pada sikap keras orang tua, sikap keras merupakan suatu keharusan bagi orang tua. Sebab tanpa sikap keras ini anak tidak akan melaksanakan tugas dan kewajibannya.
|
ilustrasi: Otoriter |
Dalam Desmita, Baumrind menyebutkan bahwa pengasuhan otoriter adalah suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua. Otang tua yang otoriter menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak member peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengemukakan pendapat. Orang tua otoriter juga cenderung bersikap sewenang-wenang dan tidak demokratis dalam membuat keputusan, memaksakan peran-peran atau pandangan-pandangan kepada anak atas dasar kemampuan dan kekuasaan sendiri, serta kurang menghargai pemikiran dan perasaan mereka.
Anak dari orang tua yang otoriter cenderung bersifat curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri, merasa canggung berhubungan dengan teman sebaya, canggung menyesuaikan diri pada awal masuk sekolah dan memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan dengan anak-anak lain.
Pola asuh otoriter dipilih karena orang tua dengan gaya pengasuhan ini akan mengendalikan perilaku remaja tanpa memberi remaja suatu peluang untuk mengemukakan pendapat, sehingga menghambat pencapaian identitas. Orang tua yang terlalu menuntut anaknya untuk selalu mengikuti segala kemauannya akan membuat anak frustasi sehingga anak bila berada di luar rumah akan bertindak seenaknya dan berperilaku agresi.
ADS HERE !!!