Ada beberapa teori konseling yang dikemukakan oleh para ahli psikolog. Di bawah ini kami sajikan 10 teori mengenai konseling, yakni:
1. Teori Konseling Eksistensial
Teori konseling ini berangkat dari psikologi humanistic sebagai mazhab ketiga dalam dunia psikologi. Manusia menurut aliran ini dipandang sebagai makhluk yang sadar, mandiri, berperilaku aktif dan mampu melakukan segalanya. Ia mendapat julukan The self determining being yang mampu menentukan tujuan-tujuan yang diinginkan dan cara-cara untuk mencapai tujuan itu dianggap paling tepat.
Tokoh konseling ini adalah Roll May dan Victor Frankl. Manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu dalam keadaan transisi, berkembang, membentuk diri dan menjadi sesuatu. Berdasarkan pada asumsi ini, maka dimensi dasar kondisi manusia adalah: 1) kapasitas kesadaran diri, 2) Kebebasan dan tanggungjawab, 3) Menciptakan identitas dirinya dan menciptakan hubungan yang bermakna dengan orang lain, 4) Usaha untuk mencari makna, tujuan nilai dan sasaran, 5) kecemasan sebagai kondisi hidup dan 6) kesadaran akan datangnya maut serta ketidakberadaan.
2. Client Centre Teraphi
Teori ini berpusat pada pribadi yang berorientasi konseling pada filosofis Humanistik yang memandang manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dengan pembawaan dasar baik, berkeinginan untuk maju, memiliki kapasitas untuk menilai diri, bertingkah laku sehat dan berusaha mengaktualisasikan diri. Hal ini didasarkan pada kenyataan manusia makhluk rasional dan sadar, Rogers berkeyakinan manusia mampu dan bertanggung jawab mengembangkan kepribadiannya. Ia percaya bahwa individu diarahkan oleh presepsi diri yang disadari serta lingkungan sekelilingnya bukan oleh kekuatan sadar yang tidak terkontrol.
3. Teori Konseling Analisis transaksional
Konseling ini dikenalkan oleh Eric Berne yang berangkat dari sebuah asumsi setiap perilaku individu mempunyai dasar menyenangkan dan mempunyai potensi serta keinginan untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Sumber-sumber tingkah laku, sikap dan perasaan sebagaimana individu melihat kenyataan, mengolah informasi dan melihat di luar dirinya disebut status ego. Status ego menurut Eric Berne berbeda dengan ego Freud karena bukan konstruct, akan tetapi status ego di sini dapat diamati dan merupakan suatu kenyataan fenomenologis yang dapat diamati dengan indera. Status ego terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang membekas pada dirinya sejak kecil.
|
Teori-teori Konseling |
Dalam tiap individu terdapat tiga status ego, yaitu status ego anak, status ego dewasa dan status ego tua. Status ego anak dapat berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana berfikir ketika masih kanak-kanak. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku manja, ingin menang sendiri, ingin diperhatikan, takut, pemberani, sembrono, bebas dan acuh. Perilaku tersebut tampak jelas jika berinteraksi dengan status ego orang tua. Status ego orang dewasa dapat dilihat dari tingkah laku yang bertanggung jawab, tindakan yang rasional dan mandiri. Sifat status ego ini penuh dengan perhitungan dan menggunakan akal. Dalam status ego orang tua, kita mengalami ulang apa yang kita bayangkan sebagai perasaan orang tua kita sendiri dalam situasi atau kita merasa berbuat sesuatu kepada orang lain seperti yang dirasakan orang tua kita terhadap kita.
Batas antara ketiga status ego tersebut merupakan membran permiabel, sehingga dimungkinkan terjadinya aliran dari status ego yang satu ke ego yang lain dalam menanggapi rangsangan dari luar. Batas ego dapat sangat kaku, sehingga individu tidak mampu melakukan perpindahan ke status ego yang lain. Status ego seseorang dapat menjadi kaku yang menyebabkan orang tersebut terkurung dalam status ego tertentu dan menghambat fungsi status ego yang lain. Gejala ini disebut “eklusi” yaitu situasi konstan pada status ego tertentu, Dalam kondisi seperti itu kepribadian individu agak terganggu (tidak terintegrasi), karena kepribadian yang terintegrasi dengan baik dapat terjadi jika status ego dewasa dapat menjadi manajer dari ketiga status ego secara efektif dan sehat.
4. Konseling Gestalt
Pendiri konseling Gestalt adalah Fedrick Perls. Gestalt berasal dari kata Jerman yang diterjemahkan dengan bentuk, wujud atau organisasi. Kata itu mengandung pengertian kebulatan atau keparipurnaan. Terapi Gestalt Perls ini tidak langsung berasal dari psikologi Gestalt. Perls menerangkan satu-satunya hukum tentang fungsi manusia yang tetap dan universal, yaitu setiap organisme cenderung mengarah kepada kebulatan dan keparipurnaan.
Asumsi dasar terapi Gestalt adalah setiap individu dapat menangani sendiri problem hidup mereka secara efektif, terutama apabila mereka memanfaatkan secara tuntas kesadaran mereka terhadap apa yang terjadi dalam diri dan sekitarnya. Untuk mewujudkan kesempurnaan, manusia harus mampu menjelaskan sesuatu yang menghambat pencapaian Gestalt, yaitu yang disebut Perls, yaitu situasi yang belum selesai.
Kerja yang belum selesai atau perasaan yang tak terungkap seperti rasa jengkel, amarah, kebencian, kepedihan, keresahan, rasa bersalah dan duka cita yang menyiksa batin harus diterima dan merupakan tanggung jawab sendiri bukan orang lain. Dengan demikian seseorang akan memiliki jalan baru untuk mengambil peran lebih efektif dalam mengatur kehidupannya sendiri dengan usaha-usaha yang lebih konstruktif.
5. Teori Konseling Behaviouristik
Konseling ini pertama kali dikenalkan oleh John D. Krumbolz, untuk melanjutkan kajian bahwa konseling diharapkan dapat mengubah perilaku konseling agar mampu mengatasi masalah yang dihadapi. Konseling Behavioristik berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia yang sebagian bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologis, yaitu :
1) Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah berdasarkan bekal keturunan atau pembawaan dan bakat interaksi antara keturunan dan lingkungan, inilah yang nantinya membentuk pola-pola bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri khas dari kepribadiannya.
2) Manusia mampu untuk merefleksikan tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang dilakukannya dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
3) Manusia mampu memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang baru melalui proses belajar
4) Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun dipengaruhi oleh perilaku orang lain.
6. Teori Konseling Rational Emotif
Promotor utama konseling ini adalah Albert Ellis. Corak konseling ini menekankan kebersamaan dan interaksi antara berfikir dengan akal sehat (rational thinking), berperasaan (emoting) dan berperilaku (acting), serta sekaligus menekankan suatu perubahan yang dalam cara berfikir dan menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku. Konseling Rational Emotif berpangkal dari keyakinan tentang martabat manusia dan tentang proses manusia dapat mengubah diri, yaitu :
1) Manusia mempunyai keterbatasan yang dapat mereka atasi sampai taraf tertentu.
2) Perilaku manusia sangat dipengaruhi keturunan, tetapi tergantung juga dengan pilihan-pilihan yang dibuat sendiri.
3) Hidup secara rasional berarti berfikir, berperasaan dan berperilaku sedemikian rupa, sehingga kebahagiaan hidup bisa dicapai secara efisien dan efektif.
4) Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk hidup secara rasional dan tidak rasional. Jika berfikir salah, maka akan menimbulkan kesukaran yang menggejala dalam alam perasaan dan cara bertindak
5) Orang kerap berpegang pada keyakinan – keyakinan yang sebenarnya kurang masuk akal yang ditanamkan sejak kecil dalam lingkungan dan kebudayaan atau diciptakannya sendiri.
6) Bila seseorang merasa tidak bahagia dan membunuh semangat hidup, pada dasarnya bukan bersumber pada kejadian atau pengalaman yang telah berlangsung, tetapi karena tanggapan yang tidak rasional atas pengalaman tersebut.
7. Teori Konseling Individual
Psikologi individual dikembangkan oleh Alferd Adler sebagai sistem yang komparatif dalam memahami individu dalam kaitannya dengan lingkunagn sosial. Konstruk utama psikologi individual adalah bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan inferioritas (harga diri kurang). Perasaan inferioritas bukan suatu pertanda abnormalitas, melainkan justru penyebab segala bentuk penyempurnaan dalam kehidupan manusia. Perasaan ini akan memotivasi kita untuk mencapai superioritas. Dorongan superioritas bukanlah berarti lebih tinggi dari orang lain, akan tetapi perjuangan dari derajat rendah menuju derajat lebih tinggi dari potensi yang dimiliki.
Konstruk utama Adler lainnya adalah bahwa manusia pada dasarnya makhluk sosial. Mereka menghubungkan dirinya dengan orang lain. Ikut dalam kegiatan-kegiatan sosial, menempatkan kesejahteraan orang lain di atas kepentingan diri dan mengembangkan gaya hidup. Manusia merupakan suatu organisme yang berorientasi pada tujuan. Untuk mencapai itu manusia mengembangkan gaya hidup yang unik agar hidup lebih bermakna. Manusia sebagai makhluk sosial akan menjalani kecemasan apabila konsentrasi mencapai superioritas pribadi tidak mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
8. Teori Konseling Realitas
Tokoh konseling ini adalah William Glasser. Ide sentral terapi ini adalah manusia memilih perilakunya sendiri dan harus bertanggung jawab tidak hanya atas apa yang ia lakukan, tetapi bagaimana berfikir dan merasakan. Glasser menyebutnya sebagai teori Kontrol perilaku manusia guna memenuhi kebutuhan psikologis (keluasan, kebebasan serta kesenangan) dan kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup. Teori kontrol ini menjelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan tersebut didorong dari dalam diri; dan sebagai pengontrolnya adalah otak yang berfungsi untuk menolong kita agar mendapat apa yang kita inginkan. Manakala kebutuhan kita terhalangi, maka perilaku yang kita pilih terasa menyakitkan dan kita tidak puas dengan kehidupan ini. Namun, manakala kita mampu memenuhi kebutuhan dengan penuh rasa tanggung jawab, maka kita mengembangkan suatu identitas yang bercirikan sukses dan menghargai diri dan perilaku yang kita jalani yang untuk memenuhinya terasa menyenangnkan.
9. Teori Konseling psikoanalisa
Tokoh psikoanalisa ini adalah Sigmund Freud. Aliran ini memandang manusia sebagai makhluk yang deterministic. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia ditentukan oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi yang tidak disadari, dorongan biologis serta dorongan naluri dan peristiwa psiko-seksual tertentu pada masa enam tahun pertama kehidupan. Psikoanalis Freud menganggap kekuatan terbesar yang menggerakkan manusia adalah libido, yaitu energi psikis yang paling mendasar yang mencakup eros (dorongan untuk hidup) dan thanatos sebagai dorongan untuk mati. Freud memasukkan semua kegiatan yang menimbulkan kesenangan ke dalam insting hidup. Insting maut (dorongan agresif) yang mendorong seseorang berperilaku yang tidak disadari untuk mencederai diri sendiri dan orang lain. Freud menambahkan rasa resah dan cemas seseorang ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka (manusia) bisa punah.
Kepribadian manusia terdiri dari tiga sistem, yaitu id adalah komponen biologis, ego adalah komponen psikologis dan superego adalah komponen sosial.
1) Id
Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil (sumber utama energi psikis dan tempat kedudukan insting). Id dikendalikan oleh prinsip kesenangan yang tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan, menghindari penderitaan dan mendapatkan kesenangan. Id tidak rasional, tidak bermoral dan didorong oleh suatu pertimbangan demi terpenuhinya kepuasan kebutuhan.
2) Ego
Ego adalah aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan dunia luar atau kenyataan. Ego berfungsi untuk mengontrol dan mengendalikan jalan-jalan yang ditempuh id dalam memenuhi kebutuhan. Ego berfungsi pula sebagai penengah antara insting dan lingkungan sekelilingnya, mempersatukan pertentangan antara id dan superego dengan dunia objektif.
3) Superego
Superego merupakan aspek sosiologis yang mencerminkan nilai-nilai tradisional dan cita-cita masyarakat yang ada di dalam kepribadian individu. Superego mengutamakan kesempurnaan daripada kesenangan, melihat tindakan itu baik atau buruk, serta benar atau salah. Fungsinya menghimbau ego agar mengalihkan tujuan yang realistik menjadi moralistic, merintangi implus-implus id terutama implus seksual dan agresif.
10. Teori Konseling Trait and Factor
Tokoh konseling ini adalah Williamson (Amerika Serikat). Ia adalah pembantu rektor di bidang akademik universitas Minnesota AS. Trait and Factor Counseling merupakan corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan problem-problem yang dihadapi terutama yang menyangkut pilihan program studi atau pekerjaan. Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor adalah individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar pengembangan potensinya, sehingga tugas konseling ini adalah membantu individu memperbaiki kekurangan, ketidakmampuan dan keterbatasan diri dan membantu pertumbuhan dan integritas kepribadian.
Demikianlah macam-macam teori konseling yang dikemukakan oleh para pakar, semoga apa yang telah kami uraikan diatas dapat memberikan tambahan wawasan bagi para pembaca sekalian. Terima kasih