Framing secara umum tidak hanya membahas mengenai bagaimana media membentuk, merekonstruksi, menyajikan serta menampilkan suatu realitas kepada khalayak, melainkan juga berhubungan dengan kecenderungan media dalam proses bangunan pemberitaannya.
Kaum pluralis melihat media sebagai saluran yang bebas dan netral, dimana semua pihak dan kepentingan dapat menyampaikan posisi dan pandangannya secara bebas. Pandangan semacam ini yang ditolak oleh kaum kritis. Pandangan kritis melihat media bukan hanya alat dari kelompok dominan, tetapi juga memproduksi ideologi dominan. Media membantu kelompok dominan menyebarkan gagasannya, mengontrol kelompok lain, dan membentuk konsensus antar anggota komunitas. Lewat medialah, ideologi dominan, apa yang baik dan apa yang buruk dimapankan. Media bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Dalam pandangan kritis, media juga dipandang sebagai wujud dari pertarungan ideologi antara kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat. Di sini, media bukan sarana yang netral yang menampilkan kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa adanya, tetapi kelompok dan ideologi yang dominan itulah yang akan tampil dalam pemberitaan.
|
Media Massa |
Titik penting dalam memahami media menurut paradigma kritis adalah bagaimana media melakukan politik pemaknaan. Media massa pada dasarnya tidak mereproduksi, melainkan menentukan realitas melalui pemakaian kata-kata yang terpilih. Makna, tidaklah secara sederhana dapat dianggap sebagai reproduksi dalam bahasa, tetapi sebuah pertentangan sosial (social struggle), perjuangan dalam memenangkan wacana. Oleh karena itu, pemaknaan yang berbeda merupakan arena pertarungan di mana memasukkan bahasa di dalamnya. Perjuangan antar kelompok ini melahirkan pemaknaan untuk mengunggulkan satu kelompok dan merendahkan kelompok lain. Media di sini dipandang sebagai arena perang antar kelas. la adalah media diskusi publik di mana masing-masing kelompok sosial tersebut saling bertarung, saling menyajikan perspektif untuk memberikan pemaknaan terhadap suatu persoalan. Targetnya adalah pandangannya lebih diterima oleh publik. Media dapat dilihat sebagai forum bertemunya semua kelompok dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Setiap pihak berusaha menonjolkan basis penafsiran, klaim, dan argumentasi masing-masing. Dalam konteks ini, setiap pihak menggunakan logika, penafsiran, dan bahasa tertentu agar pandangannya lebih diterima oleh publik. Dalam pandangan kritis, pada akhirnya kelompok dominanlah yang lebih menguasai pembicaraan dan menentukan arena wacana.
ADS HERE !!!