1) Pengertian Pemahaman
Secara umum, arti pemahaman sebagai istilah adalah pengertian yang menggambarkan pengambilan suatu kesimpulan. Nama lain untuk pemahaman adalah generalisasi teori, pemahaman ide umum, konsep, prinsip, aturan atau hukum. Dalam kamus bahasa Indonesia, definisi pemahaman adalah:
1) Menerima arti, menyerap ide, memahami.
2) Mengetahui secara betul, memahami karakter atau sifat dasar.
3) Mengetahui arti kata-kata seperti dalam bahasa.
4) Menyerap dengan jelas fakta dan menyadari
Menurut Sudjana, definisi di atas tidak operasional, sebab tidak memperlihatkan perbuatan psikologis yang diambil seseorang jika ia memahami sesuatu. Untuk itu, berikut ini akan dibahas beberapa arti pemahaman yang bersifat operasional.
1) Pemahaman diartikan sebagai melihat suatu hubungan.
Pemahaman di sini mengandung arti dan definisi yang pertama. Pemahaman diartikan mempunyai suatu ide tentang satu persoalan. Sesuatu itu dipahami selagi fakta-fakta mengenai persoalan dikumpulkan. Namun, definisi di atas mengandung arti lebih karena definisi ini melampaui ide terhadap sekelompok fakta khusus.
2) Pemahaman diartikan sebagai suatu alat menggunakan fakta.
Arti pemahaman ini lebih dekat pada kategori definisi kedua. Kita dapat mengatakan seseorang memahami suatu obyek, proses, ide, fakta jika ia dapat melihat bagaimana menggunakan fakta itu dalam berbagai tujuan. Begitu juga seseorang melihat kegunaan sesuatu, berarti ia sudah memahaminya.
3) Pemahaman diartikan sebagai melihat kegunaan sesuatu secara produktif.
Kedua arti pemahaman di atas saling melengkapi, tetapi belum memberikan arti yang lengkap. Kedua arti pemahaman itu tidak menyinggung atau menjelaskan peranan tujuan.
Bloom, mendefinisikan pemahaman adalah kemampuan menangkap arti materi dengan cara menterjemahkan, menginterpretasi. dan ekstrapolasi. Sedangkan menurut Sardiman, pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu maka belajar berarti harus mengerti secara mental makna dari filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasi, sehingga menyebabkan peserta didik dapat memahami suatu situasi. Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap belajar.
b. Pemahaman dalam Psikologi Pendidikan
Ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan- penemuan para ahli psikologi pendidikan sebelumnya mengenai belajar sebagai proses hubungan stimulus-response-reinforcement. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement. Mereka ini adalah ahli psikologi aliran kognitis.
Menurut pendapat mereka, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi, kaum kognitis berpandangan bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih dari bagian-bagiannya.
Suatu konsep yang penting dalam psikologi Gestalt adalah tentang insight, yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan - hubungan antara bagian-bagian di dalam suatu situasi
permasalahan. Insight itu sering dihubungkan dengan pernyataan secara spontan seperti “A-ha! “, atau “Oh, I see now”, atau pernyataan yang serupa.
Menurut psikologi Gestalt, inti dari proses belajar adalah proses insight ini. Proses belajar terjadi jika seseorang dihadapkan pada suatu persoalan, kemudian mengerti dan memahami permasalahannya, serta mendapatkan pemecahannya. Dalam proses belajar, yang penting bukan menghafal, atau mengulang-ulang apa yang dipelajari, tetap mengertinya, atau mendapatkan insight.
c. Ciri Khas Belajar dengan Pemahaman (Insight)
Ada beberapa ciri khas belajar dengan insight, yaitu:
1) Insight itu tergantung kepada kemampuan dasar yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lain. Pada umumnya anak yang masih sangat muda, sukar untuk belajar dengan insight ini.
2) Insight ini bergantung pada pengalaman masa lalu yang relevan. Namun memiliki masa lalu yang relevan itu, belum menjamin dapatnya memecahkan problem. Seorang anak tidak akan bisa
memecahkan problem aljabar misalnya, jika ia belum mengetahui simbol atau rumus aljabar itu. Akan tetapi anak yang telah menguasai simbol atau rumus aljabar itupun belum tentu dapat
memecahkan problem aljabar tersebut, jika belum pernah mengalami pemecahan masalah serupa.
3) Insight tergantung pada pengaturan secara eksperimental. Insight itu hanya mungkin terjadi apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati.
4) Insight didahului oleh suatu periode mencoba-coba. Insight bukanlah hal yang dapat jatuh dari langit dengan sendirinya, melainkan hal yang harus dicari. Sebelum dapat memperoleh insight seseorang harus sudah dapat meninjau problemnya dari berbagai arah dan mencoba memecahkannya.
5) Belajar dengan insight itu dapat diulangi. Jika suatu problem yang telah dipecahkan dengan insight lain kali diberikan lagi kepadanya, maka dia akan dengan langsung dapat memecahkan masalah tersebut.
6) Insight yang telah sekali didapatkan dapat dipergunakan untuk menghadapi situasi-situasi baru.
Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pengalaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget, manusia
memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak, yang masing-masing terisi oleh informasi bermakna yang berbeda-beda atau berbentuk jaringan mental dan konsep-konsep yang berkait dan akan mempengaruhi pemahaman jika konsep baru diterima. Jaringan tersebut disebut skemata. Pengalaman yang sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda, setiap pengalaman baru dihubungkan
dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia tersebut. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi bermakna pengetahuan yang dibuat atau dibangun atas dasar pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi bermakna struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan hadirnya pengetahuan baru.
Sedangkan menurut Bloom, tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Bahwa kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pengetahuan. Namun tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan, sebab untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.
d. Kategori Pemahaman
Dalam taksonomi Bloom, pemahaman dapat dibedakan dalam tiga kategori:
1) Pemahaman Penterjemahan
Yaitu kemampuan memahami secara cermat dan tepat sehingga mengemukakan kembali dari hal-hal yang dikomunikasikan tidak mengalami perubahan arti baik dalam mengalihbahasakan maupun dalam menyusun komunikasi ulang.
Menurut Roestiyah, penterjemahan dinilai berdasarkan kebenaran dan ketelitian, yakni mencakup materi di dalam komunikasi yang ash walaupun bentuk komunikasi yang telah berubah. Diantaranya:
a) Kemampuan untuk memahami pernyataan-pernyataan non-liberal (metafora, simbohisme, ironi, karikatur).
b) Keterampilan di dalam menterjemahkan materi verbal dan matematika ke dalam pernyataan-pernyataan simbolis dan sebaliknya.
2) Pemahaman Penafsiran
Pemahaman tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok.
Penafsiran meliputi suatu penyusunan kembali. Penataan kembali atau suatu pandangan baru tentang materi itu. Di antaranya adalah:
a) Kemampuan untuk menangkap pikiran dari suatu karya sebagai suatu keseluruhan pada setiap taraf umum yang diingini.
b) Kemampuan untuk menafsirkan berbagai tipe data sosial.
Sedangkan menurut Suprihadi Saputro, kemampuan menjelaskan atau merangkun sesuatu yang telah dikomunikasikan. Apabila pemahaman penerjemahan menyangkut bagian demi bagian yang obyektif di dalam komunikasi timbal balik, menafsirkan menyangkut pengurutan kembali (penyusunan) dan penambahan wawasan baru atas hal-hal yang dikomunikasikan sehingga komunikasi baru menjadi lebih jelas dalam menyampaikan pesan.
3) Pemahaman Ekstrapolasi
Yaitu kemampuan dalam memperkirakan arah atau kecenderungan sesuatu di luar data yang tersedia. Misalnya kemampuan untuk menetapkan implikasi, konsekuensi, deduksi, dan sebab akibat dari sesuatu yang bertolak belakang dan kondisi yang dihadapi.Pemahaman tingkat ketiga ini diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat menyimpulkan dan memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.