Dalam sub bab ini akan dibahas beberapa pemikiran tasawuf Omar Alisha, yang penulis anggap relevan dengan fokus kajian skripsi ini, pemikiran tersebut antara lain bahwa prinsip-prinsip dasar dari pendekatan terapi yang ditawarkan dalam asosiasi ini secara umum diadopsi dari prinsip-prinsip dasar Naqsabandiyah. Sebab Omar Alishash dibesarkan di keluarga atau lingkungan yang penuh spiritualisme tarekat naqsabandiyah, karena tarekat naqsabandiyah merupakan salah satu aliran tarekat terkemuka diantara beberapa aliran lainnya. Dalam ensiklopedi islam van hoeve disebutkan bahwa tarekat Naqsabadiyah didirikan oleh muhammad bin Muhammad bahauddin al uwalsi al-bukhari Naqsabandi (717H / 1318M 791 H / 1389). Tarekat ini sebetulnya bersumber dari Abu Ya’quf Yusuf al Hamdani (wafat pada tahun 535 H / 1140 M) adapun mengenai Abu Ya’quf Yusuf al Hamdani Schimmel menulis :
Ia adalah imam pada zamannya yang mengetahui rahasia hati, yang mengerti akan tugasnya. Hubungan rohani hamdani bisa dirunut sampai kharaqani dan bayazid bistami, kedua wali tersebut tetapdihormati di dalam tarekat ini. Menurut riwayat, Hamdanilah yang mendorong Abdul Qadil Gilani berkhotbah di depan umum, dua tarekat utama yang bersumber dari dirinya, yang satu adalah Yasawiyya di Asia Tengah yang kemudian mempengaruhi bektashiyya di Anatolia.
Yusuf Hamdani itulah yang kemudian menetapkan delapan prinsip yang menjadi dasar pendirian tarekat naqsabandiyah yakni :
1. Hush dardam (kesadaran dalam bernafas)
2. Nazar bar qadam (memperhatikan tiap langkah diri)
3. Safar dar watan (perjalanan mistik di dalam diri)
4. Khalwat dar anjuman (kesendirian di dalam keramaian)
5. Yad Kard (pengingatan kembali)
6. Baz gard (menjaga pemikiran sendiri)
7. Nigah dasht (memperhatikan pemikiran sendiri)
8. Yad dasht (pemusatan perhatian kepada Allah)
Kesemua prinsip – prinsip itu dijadikan rambu-rambu oleh Agha Omar Alishah dalam terapi sebagai tasawuf untuk mengatasi problem psikologis manusia. Prinsip pertama biasa ditafsirkan dengan suatu proses introspeksi dan evaluasi keluar masuknya nafas untuk mengatasi “kelupaan” akan eksistensi Allah dalam keseluruhan lingkup ruang maupun waktu. Tujuan dari pemeliharaan atas pernafasan tersebut adalah agar setiap pengikut tradisi selalu hadir dan ingat kepada Allah SWT dalam setiap tarikan dan hembusan nafasnya. Karena yang bisa memberi penyembuhan datangnya hanya dari Allah manusia hanyalah sebagai perantara saja.
Prinsip kedua adalah memperhatikan langkah dirinya. Apabila seorang sufi berjalan, ia selalu melihat ke tempat kakinya melangkah dan apabila dalam keadaan duduk, ia akan melihat pada kedua tangannya. Seorang sufi tidak boleh memperluas pandangannya karena dikhawatirkan dapat membuat hatinya bimbang dalam mengingat Allah. Dalam tradisi ini seorang terapis harus selalu berusaha mendekatkan diri pada Allah dengan selalu melangkah ke jalan yang benar.
Prinsip yang ketiga diartikan sebagai proses dari sifat kemanusiaan yang kotor dan rendah menuju sifat-sifat ke malaikatan yang bersih dan suci.
Oleh karena itu setiap orang yang terlibat dalam tradisi ini harus berupaya mengontrol hatinya agar dalam hatinya tidak ada rasa cinta kepada seseorang. Prinsip ke empat adalah bahwa setiap sufi harus selalu menghadirkan hatinya kepada Allah dalam segala keadaan. Setiap orang yang terlibat dalam tradisi ini harus selalu dapat menjaga hatinya.
Prinsip kelima adalah pengingatan kepada allah. Dalam melakukan proses terapi sebaiknya selalu berusaha mengulangi zikir kepada Allah, sehingga tidak ada peluang sedikit pun dalam hatinya yang ditujukan kepada selain Allah agar prosesnya lancar dan mendapat ridho dari Allah.
Prinsip keenam mempunyai makna menjaga pemikiran sendiri dengan mengulangi zikir. Setiap orang yang terlibat dalam tradisi ini harus setiap saat setiap waktu dimanapun berada jangan sampai mengosongkan fikiranya karena itu tidak baik. Dan berusahalah dengan mengulang-ngulang zikir kepada Allah.
Prinsip ke tujuh memperhatikan pemikiran sendiri. Dalam tradisi ini kita selalu memelihara hati kita dari kemasukan segala sesuatu yang dapat menggoda dan mengganggunya sekalipun hanya sejenak prinsip ke delapan adalah pemusatan perhatian sepenuhnya pada aspek musyahadah (yakni menyaksikan keindahan, kebesaran dan kemuliaan Allah SWT).
Prinsip-prinsip dasar dari pendekatan terapi Omar yang ditawarkan dalam asosiasi ini secara umum diadopsi dari prinsip-prinsip dasar Naqsabandiyah hal ini dinyatakan oleh Agha sendiri :
Terapi harus memperhatikan ketentuan-ketentuan Naqsabandiyah. Setiap orang dalam tradisi ini tentunya harus sudah, mengetahui, mengkaji dan sadar akan ketentuan-ketentuan itu.
Maka dari itu ada sebuah ketentuan dari tarekat Naqsabandi yang sangat kuat peranannya terutama dalam memanifestasikan tradisi ke dalam segenap lingkup kehidupan, khususnya dalam hal ini adalah terapi. Ketentuan ini berbunyi “kenali dirimu”. Mengenal dalam arti mengenal setiap sinyal-sinyal yang ada, baik yang dibutuhkan ataupun tidak. Tradisi ini mengenal apa yang disebut kegunaan energi dari dalam diri sendiri.
ADS HERE !!!